Mengapa kawan

                    Mengapa Kawan ?

Kawan. .
Bolehkah aku bertanya ?
Mengapa fisikku jadi omongan ?
Mengapa gerakku jadi tontonan ?
Adakah yang aneh pada diriku

Aku heran. . .
Mengapa kalian ngelirik saat aku berjalan ?
Mengapa suaraku menjadi tiruan  ?
Apa aku seperti hantu yang menakutkan ?
Sehingga kalian lari saat aku datang

Kawan. .
Mengapa kalian berdiam saja saat aku bertanya ?
Apa karena fisikku berbeda dengan kalian ?
Iyaaa ??
Jawab kawan !!
Jawab !!!

Aku tak harap pujian kalian
Aku tak harap pemberian kalian
Yang ku harap kalian menerimaku
Dan kita bisa bersama


Karya : Muhajir
Banda Aceh, 10 Agustus 2016

Related Posts:

Tertawa Mereka menjadi Motivasi ku…

Tertawa Mereka menjadi Motivasi ku…

Sebelumnya aku telah menulis kisah selama aku sekolah di TK Al-Ikhlas. Kali ini aku ingin menulis lagi tentang kisah ku selama aku bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Gampong Lamlhom. Pasti akan banyak pengalaman-pengalaman seru yang aku alami, mulai dari cerita sedih sampai dengan cerita bahagia.
   
Seperti anak-anak pada umumnya, hari pertama masuk sekolah aku diantar oleh ibu. Di halaman sekolah, banyak anak-anak yang sedang bermain menggunakan seragam sekolah. Ketika aku dan ibu berjalan menuju ke ruang kelas, dari luar terdengar suara di dalam kelas sangat ribut. Aku merasa sangat senang, sama seperti waktu pertama kali aku bisa berjalan dulu. Aku berpikir pasti akan banyak teman yang mau bermain dengan ku. Tapi, pada kenyataannya sama saja. Saat melihat ku berjalan sambil berpegangan pada ibu, suasana ribut yang tadi aku dengar dari luar ruang kelas, langsung hilang seketika. Kelas menjadi sunyi seperti tidak ada orang di dalamnya. Mereka memperhatikan setiap langkah-langkah ku sampai aku duduk di bangku.

Melihat situasi ini, ibu guru yang berada di dalam kelas langsung meminta murid-murid untuk duduk yang rapi. Lalu, satu per satu murid di absen dan diminta untuk maju ke depan satu-satu untuk memperkenalkan diri. Akhirnya tibalah giliran ku untuk maju. Berat rasanya badan ku untuk berdiri karena malu. Teman-teman sekelasku, pasti akan melihat dan menertawakan jalan ku. Tapi, ibu guru membujukku sampai aku mau berdiri dan berjalan ke depan kelas sambil dipeganginya tanganku.

Di depan kelas, aku berdiri. Kaki ku kaku dan gemetar. Bukan karena aku takut, tapi karena kaki ku belum kuat untuk berdiri lama-lama saat itu. Kemudian aku mulai memperkenalkan diri. Suaraku ikut gemetar seperti orang gugup.  Mendengar suara yang gemetar, teman-teman ku semuanya tertawa dan menirukan suaraku.

Hari kedua masuk sekolah, kami mulai belajar menulis. Disini aku mengalami kendala baru lagi, aku tidak bisa menulis karena tangan kanan ku sangat kaku dan jari-jari ku tidak bisa memegang pensil. Namun, ibu guru terus mengajariku, mulai dari cara memegang pensil sampai menuntun tanganku hingga aku bisa menggerakkan tanganku untuk menulis huruf per huruf. Aku terus berusaha sampai tangan dan jari-jariku lelah. Berkat usaha dan kerja keras serta motivasi dari guruku, akhirnya aku bisa menulis pelan-pelan, walaupun menggunakan tangan kiri.

Ada rasa bahagia dihati karena aku sudah bisa menulis. Belum habis rasa bahagia yang aku alami, aku menghadapi permasalahan baru lagi. Aku tidak bisa melihat tulisan dipapan tulis saat guru menulis di depan kelas. padahal aku duduk di bangku paling depan. Aku mulai panik dan kebingungan karena aku tidak tahu harus menulis apa. Dimataku yang terlihat hanyalah papan tulis yang berwana hitam saja, tidak ada tulisannya. Sedangkan teman-temanku semuanya menulis apa yang ditulis guru di papan tulis.

Melihat aku tidak menulis sama sekali, lalu ibu guru bertanya padaku,”Kenapa kamu tidak menulis?” Lalu aku jawab,”Tulisannya tidak nampak, bu.” Mendengar jawabanku dengan serentak teman-teman menertawakan ku sambil berkata, “orang buta.” Aku tidak peduli dengan kata-kata mereka. Aku hanya peduli dengan guru yang sedang memperhatikan kesulitan. Akhirnya guru mengajakku maju ke depan kelas mendekati papan tulis agar aku bisa melihat lebih dekat. Aku bilang ke ibu guru,”Ini baru nampak, bu.”

Setelah mengetahui permasalahanku, Ibu guru mengambil kursi dan meja, lalu menaruhnya di depan kelas. Jaraknya kira-kira satu meter dari papan tulis dan meminta ku untuk duduk disana. Tapi, situasi ini justru membuat teman-temanku marah karena tubuhku menghalangi mereka melihat tulisan di papan tulis.

Ternyata, keadaan itu tidak membuatku nyaman. Akhirnya aku kembali duduk di bangku ku semula. Tapi, aku tidak pernah menyerah dengan keadaan. Aku tetap berusah menulis walaupun harus bolak-balik dari bangku ke papan tulis hanya untuk melihat huruf per huruf dan memindahkan ke buku tulisku satu-satu.

Karena keterbatasanku, aku selalu ketinggalan saat menulis. Untuk menutupi ketinggalanku, aku selalu meminjam buku teman agar aku bisa mencontoh dan manulisnya di rumah. Terkadang aku menulis sampai larut malam.Tapi, tidak semua teman mau meminjamkan bukunya pada ku. Hanya beberapa orang saja yang bersedia meminjamkannya.

Di sekolah banyak sekali pengalaman yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Setiap hari aku melihat teman-teman bermin saat jam istirahat. Ada yang main kejar-kejaran, main benteng, main sepak bola, dan lain sebagainya. Tapi, tidak ada satupun dari mereka yang mau mengajakku untuk bermain bersama mereka. Aku sendirian dan selalu sendirian. Saat aku mendekati mereka, aku selalu disuruh pergi. Terkadang mereka mendorongku hingga aku terjatuh. Yang lebih parah lagi, mereka pernah mengurungku di dalam kamar mandi sekolah, mengikatku di bangku kelas, menarik bangku saat aku mau duduk hingga aku terjatuh. Mereka selalu megangguku, ngebulli, menyembunyi apa saja yang aku punya seperti tas, pensil, buku dan lain-lain. Aku selalu diperlakukan seperti itu sampai aku kelas dua. Setiap hari mereka membuatku menangis karena ketidaksukaannya mereka pada ku. Aku selalu diancam agar tidak melapor kepada guru atas apa yang telah mereka perbuat padaku.

Karena rasa takut, aku mngikuti saja apa yang mereka katakan. Aku hanya bisa berdo’a agar mereka mau berteman dan bersikap baik padaku.

Seiring berjalan waktu akupun naik ke kelas tiga. Aku mulai merasa ada sedikit kebahagian karena teman-teman sudah mulai peduli padaku. Mereka mulai mengajakku bermain. Keadaan ini terus bertahan sampai aku naik ke kelas empat.

Di kelas empat inilah, aku benar-benar merasakan bahagia jadi murid sekolah. Dimana kebahagian ini yang seharusnya aku dapatkan sejak kelas satu. Tapi aku justru merasakannya setelah aku kelas empat.

Teman-teman sekelasku selalu mengajakku bermain dan belajar bersama. Aku mulai dilibatkan dalam kegiatan olahraga, seperti sepak bola, bola kasti, dan lain sebagainya. Saat jam olah raga, guru oleh raga mengajak kami bermain sepak bola. Aku selalu menjadi penjaga gawang karena tidak kuat lari. Awalnya aku tidak berani. Lalu aku diajarkan bagaimana cara menahan dan menangkap bola oleh guruku. Berkat dukungan dari teman-teman, akhirnya aku bisa walaupun permainanya tidak sehebat teman-temanku yang lainnya. Mulai dari situlah aku semakin bersemangat untuk sekolah. Aku memang tidak pernah jadi juara kelas, namun dengan semangat berlajar aku pernah menduduki peringkat ke-20 dari 36 murid di kelasku.

Selama enam tahun bersekolah di MIN Lamlhom. Banyak pengalaman suka dan duka yang aku rasakan selama bersekolah disana. Semoga pengalamanku ini bisa menjadi motivasi untuk penyandang disabilitas lainnya. Bagaimanapun kondisi kita, kita harus selalu semangat dalam berlajar. Karena dengan berusaha dan kerja keras untuk kemajuan kita, kita pasti bisa. Setelah lulus dari MIN, aku melajutkan sekolah ku ke Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Lampoh Beut Kabupaten Aceh Besar.

Related Posts:

Aku Dibilang Seperti Robot

Aku Dibilang Seperti Robot

Namaku Muhajir, orang-orang biasa memanggilku, Ajier. Aku lahir 4 Januari 1996, di Desa Meunasah Baro Lamlhom Kec. Lhoknga Kab. Aceh Besar. Aku penyandang disabilitas tuna daksa ( penyandang cacat tubuh ). Menurut ahli yang faham tentang isu penyandang disabilitas, kondisiku seperti ini disebut Celebral Palsy (CP). Karena disabilitas yang ku alami ini, sangat berpengaruh pada saraf motorikku sehingga susah untuk dikontrol gerakkannya. Melalui tulisan ini, aku sangat ingin berbagi cerita pengalaman masa kecilku, mulai dari lahir sampai aku lulus dari sekolah Taman Kanak-Kanak (TK).

Sejak lahir sampai usiaku 4,5 tahun, aku tidak mampu berjalan sama sekali. Aku hanya bisa merangkak ataupun digendong ketika ingin berpindah tempat, seperti layaknya seorang bayi yang berusia 6 atau 7 bulan. Ini terjadi karena kondisi fisikku berbeda dengan anak-anak lainnya, dimana pada usia 4,5 tahun sudah bisa berjalan bahkan berlari kemanapun mereka mau. Lalu, pada usia 5 tahun, aku mulai belajar berjalan. Pertama-tama, aku belajar berdiri sambil berpegangan pada dinding atau benda-benda yang ada dirumah. Memang waktu berdiri, kakiku agak gemetar karena menahan beban tubuhku. Ketika sudah berdiri, aku diam untuk beberapa saat untuk memperoleh keseimbangan sampai kakiku terbiasa. Lalu aku mulai melangkah, selangkah demi selangkah. Kakiku masih belum kuat, maka aku masih sering terjatuh. Tapi, aku tidak pernah menyerah untuk belajar jalan. Di usiaku 6 tahun, aku mulai lancar berjalan walaupun kakiku kaku ketika aku melangkah.  

Aku sangat senang karena sudah bisa berjalan. Aku akan bermain di luar rumah dengan anak-anak lain dan mempunyai banyak teman. Walaupun memiliki keterbatasan, mereka pasti mau bermain denganku. Itulah harapan yang terbersit dalam benakku saat itu.

Ternyata apa yang aku fikirkan salah. Mereka justru mengejek dan menghina ku ketika aku bermain dengan mereka. Saat itu, aku merasa sangat sedih atas apa yang ku alami. Mereka tidak pernah peduli dan tidak pernah mau tahu bagaimana perasaanku setelah diejek oleh mereka. Seiring berjalannya waktu, tibalah masa dimana aku harus masuk sekolah. Seharusnya, usia 6 tahun anak-anak sudah masuk sekolah dasar. Tetapi karena aku penyandang disabilitas maka pada usia 6 tahun aku baru masuk sekolah Taman Kanak-Kanak. Aku bersekolah di TK Al-Ikhlas yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Sama halnya seperti kejadian pertama kali aku bisa jalan, aku sangat berharap akan memiliki banyak teman. Namun, apa yang aku rasakan tidak seperti yang aku bayangkan. Impian ingin punya banyak teman juga sirna. Aku sendirian, tidak ada yang mau berteman dengan ku. Saat itu, aku sangat sedih. Aku hanya bisa melihat mereka bermain, bercanda dan berlari dengan senangnya.  Sambil duduk bangku kelas, tangan ku lipat di atas meja sambil menopang dagu. Sedangkan mata ku memandang jauh ke halaman sekolah melihat anak-anak bermain dengan gembira.  

Akhirnya jam pulang sekolah tiba. Seperti biasa, kami semua mengambil tas  dan pulang kerumah masing-masing. dalam perjalanan pulang, teman-teman bukannya menemaniku berjalan, mereka malah menertawakan ku. Bukan hanya itu saja, mereka juga meniru cara ku berjalan dan mengatakan aku seperti robot, karena kaki dan tanganku saat itu masih sangat kaku. Aku malu dan sedih. Sesampainya aku di rumah, aku menceritakan semua yang ku alami di sekolah kepada ibu. "Besok gak mau sekolah lagi, karena kawan-kawan ketawa liat Ajir jalan. terus meraka gak mau bermain dengan Ajir," kataku sambil cemberut. 

Melihat apa yang ku alami, ibu ku sedih dan menarik napas dalam saat itu. Tapi, ibu tidak pernah mematahkan semangat ku. Ibu selalu memberi ku semangat agar tetap pergi sekolah. "Mereka pasti akan mau berteman dengan Ajir. Kalau kita pintar dan tidak sedih, pasti lama-lama kawan-kawan akan datang dan bermain dengan kita," kata ibu ku. Mendengar kata-kata itu, aku kembali bersemangat dan keesokan harinya, aku kembali pergi ke sekolah. 

Selama setahun aku sekolah di TK. Tamat dari TK, aku melajutkan sekolah ku di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Desa Lamlhom Kec. Lhoknga Kab. Aceh Besar. 

Related Posts:

Puisi Tertipu Oleh Sejuta Janji Palsu

Tertipu Oleh Sejuta Janji Palsu

Dulu kau pernah mencintaiku
Dulu kau pernah menyayangiku
Bahkan dulu berharap aku menjadi milikmu

Aku bukanlah orang yang sempurna
Aku hanyalah manusia yang terpandang hina
Tapi kau tak pedulikan itu
Kau tetap cinta dan sayang kepadaku

Namun itu semua telah berlalu
Kau tak lagi seperti dulu
Kau tak lagi sayang padaku
Dan kau tak lagi mempedulikan diriku
Bahkan kau telah pergi menjauh dariku

Aku telah teracuni dengan kata-kata manismu
Aku telah tertipu oleh sejuta janjimu
Aku telah berharap dengan harapan yang kau berikan padaku
Namun aku tak tahu semua itu palsu

Aku sadar
Aku memang tak pantas untukmu
Kau hanya memperlakukanku seperti pelabuhan tempat kau bersinggah

Pergi...
Pergilah kau
Pergi kau menjauh dariku
Dan jangan pernah kembali

Karya : Muhajir
Banda Aceh, 19 April 2014

Related Posts:

Di Kesunyian Jiwa



Di Kesunyian Jiwa

Malam...
Bolehkah aku bertanya
Masih terselipkah namaku di hatinya
Masih adakah diriku dalam ingatanya
Ataukah sudah hilang semua tentang diriku pada dirinya


Kasih...
Kenapa kau pergi
kemana kau berlari
Ku kejar kau dalam mimpi
Berharap kau kembali

Masa lalu...
Kenangan itu yang tak bisa ku lupakan
Ingatkah Engkau saat kita bersama
ku manja kau dalam pelukan
Masa itu seperti tak ada yang dapat memisahkan
Namun itu semua tinggal lah kenangan

Dia...
Kau telah memilih dia
Mungkin kau lebih bahagia bersama dirinya
Ku rela menetes air mata
Ku terima walau hati ini terluka
Asalkan dirimu hidup bahagia...



Karya : Muhajir
Banda Aceh, 17 Februari 2014

Related Posts:

Adakah Keadilan Di Negeri Ini Yang Berpihak kepada Kami

Adakah Keadilan Di Negeri Ini Yang Berpihak kepada Kami

Negeri ini mempunyai lima dasar pancasila, diantaranya pancasila yang kedua telah tertulis “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, di kalimat ini saya sedikit ingin bertanya bagaimana yang dikatakan dengan Kemanusiaan yang adil dan beradab ? dan apakah negeri yang kita cinta ini telah memperlakukan semua masyarakatnya sesuai dengan apa yang telah tertera dalam pancasila yang kedua tersebut ? Karena lebih kurang dari 248 juta jiwa penduduk Indonesia, apakah sudah semuanya mendapat fasilitas yang sama dan sesuai kebutuhan masing-masing mereka ? karena kita tahu setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda, kebutuhan yang kita maksud disini adalah bukan kebutuhan sekunder ataupun kebutuhan tarsier, akan tetapi kebutuhan kita maksud adalah kebutuhan primer yang mana kebutuhan ini harus terpenuhi dalam kehidupan, oleh karena itu, kebutuhan ini benar-benar harus diperhatikan oleh perintah maupun penanggung terhadap masyarakatnya.

Belum lagi kebutuhan khusus terhadap penyandang disabilitas, yang mana penyandang disabilitas juga membutuhkan fasilitas yang sama sebagaimana masyarakat lain, karena dengan berbagai ketunaan penyadang disabilitas tentunya mempunyai kebutuhan yang berbeda, seperti tuna daksa, tuna daksa sendiri terbagi berbagai jenis, diantaranya ada tuna daksa pengguna tongkat atau pengguna kursi roda, mereka harus menggunakan tongkat atau juga kursi roda untuk membantu mereka berjalan, tentunya mereka sangat membutuhkan fasilitas aksesibilitas terhadap lingkungan dan juga bangunan publik seperti rumah sakit, sekolah, rumah ibadah dan juga bangunan lainnya. Karena samapai saat ini di Aceh sendiri yang sudah menjadi sebagai kota Madani dan juga katanya kota yang ramah terhadap Disabilitas belum tersedianya aksesibilitas terhadap lingkungan di sekitanya. Dan Juga tuna netra, tuna netra adalah mereka yang tidak dapat melihat, mereka juga sangat membutuhkan fasilitas yang layak, sepeti pelayanan dan juga huruf brailler sehingga mereka dapat mengetahui  apa yang akan mereka temui saat mereka berjalan. Sampai saat ini masih kurangnya tersedianya huruf brailler, saat mereka mengikuti ujian pun belum tersedianya soal brailler, mereka masih membutuhkan pedamping untuk membaca soal-soal mereka karena tidak tersedianya soal brailler. Lain lagi dengan tuna rungu, mereka yang tidak bisa mendenggar maupun berbicara, meraka juga sangat membutuhkan pelayanan publik yang sangat baik, karena dengan keterbatasan mereka yang tidak bisa mendengar dan berbicara, oleh karema itu, mereka tidak dapat berkomunikasi dengan orang dan juga tidak dapat memahami apa yang terjadi di  sekitarnya,


Padahal  telah tertulis dalam buku UNCRPD yang telah diadopsi pada tanggal 13 september 2006 di Markas Besar PBB di New York, dan dibuka untuk ditandatangani pada 30 Maret 2007. Karena di Indonesia sendiri, berdasarkan data kementeian Sosia, jumlah Penyandang Keseejahteraan Sosial (PMKS), yang termasuk di dalamnya juga penyandang disabilitas, adalah 1,7 juta orang. Sementara itu, menurut data Bapenas ada sekitar 6 juta penyandang disabilitas. Oleh karena itu, dengan artikel yang singkat ini saya sendiri sebagian dari Disanilitas mempunyai harapan besar agar negeri yang kita cintai ini atau juga pemerintah dapat membuka pintu hati untuk lebih memperdulikan rakyatnya yang berkebuttuhan khusus ( Disabilitas ) untuk member pelayanan yang baik. Karena kami juga manusia yang membutuhkan segalanya yang juga sama dengan orang lain, kami juga butuh pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya untuk memenuhi kehidupan kami.

Related Posts:

Puisi Salahkah Aku



SALAH KAH AKU

Aku....
Kamu....
Dan semua
Pernahkah kalian meminta dilahirkan?
Apa kalian yang menentukan keluarga mana yang akan kalian dapat?
Atau kalian meminta rupa apa yang kalian terima sekarang?

Aku heran

Sungguh tak menyangka
Dengan gagah kalian berjalan
Menyokong dada
Mengangkat kepala
Dan mata lurus ke depan
Tanpa melihatku
Hinakah aku?
Apa aku tak pantas dilihat?

Tak jarang orang cemoohkan aku
Aku dianggap anak brutal yang suka mengganggu orang
Aku dianggap biang keributan
Aku dianggap pelawak di keramaian
Aku ibarat badut dalam pertunjukan
Aku ibarat sampah
Aku hina,,,, di pandangan kalian semua
Iya kan?
Jawab !!!!
Jawab !!!!

Kalau aku boleh bertanya?
Kenapa aku yang di pilih
menjadi orang cacat?
Kenapa aku?
Apa salahku?
Apa?
Jawab !!!!

Aku tak pernah meminta ini......
Aku tak meminta belas kasihmu
Aku tak minta pertolongan kalian
Yang ku minta tolong terima aku
Dan hormati orang tuaku

Karya : Khairiah
Malaysia, 13 April 2011

Related Posts:

Puisi Istimewa Untuk Ibu



Puisi Istimewa

Ibu, terima kasih sudah melahirkanku ke dunia
Terima kasih kerana engkau masih mau mendampingiku penuh cinta

Ibu, hari ini aku ingin memberimu hadiah
Sebuah puisi dariku, puisi istimewa
Ibu, aku memang tak bisa bicara
Tapi lihatlah !
Aku mampu melakukan apa saja yang engkau minta
Aku ingin engkau bahagia

Ibu, aku memang tak bisa berjalan dengan kedua kakiku
Tapi dengarlah bu !
Aku bisa bermain gitar dan bernyanyi dengan merdu
Ibu lihatkan, saat mereka menangis terharu

Ibu, mungkin aku hampir tak pernah menatap matamu
Tapi tahukah engkau bu
Aku selalu tahu saat engkau dekat denganku
Akupun tahu saat engkau pergi menjauh, dan aku takut ibu

Ibu, aku memang tak bisa menulis, membaca dan berhitung
Tapi lihatlah bu ! aku bisa menyusun puzzle  lebih cepat dari mereka
Lihat bu ! aku bisa menggambar
Baguskan bu ?
Ada aku, Ayah dan Ibu



Ibu, maaf jika aku masih sering menjatuhkan gelas susuku
Tanganku lemahbu, bahkan sering kaku
Jangan marah bu !
Aku janji, suatu saat aku akan mampu

Ibu, maaf jika aku tak pernah jadi juara seperti mereka
Tapi jika engkau sabar dan mengerti dengan kemampuanku, aku akan jadi apa saja
Aku akan jadi koki terbaik dunia
Aku akan jadi pelukis ternama seantero jagad raya
Aku akan jadi piƱata rambut terbaik lintas Negara
Atau aku akan jadi desainer ternama
Pakaianku akan dipakai dimana-mana
Atau. . atau. . ah Ibu, aku akan jadi apa saja
Tapi jangan minta aku jadi juara seperti mereka
Aku takkan bisa

Ibu, maaf jika aku terlahir berbeda
Aku tak pernah memintanya, pun tak bisa berontak dan tak terima
Karena dulu du suatu masa Dia bertanya, dan aku menjawab “Iya”
Aku terikat janji denganNya ibu
Bantu aku memenuhi dan menajalaninya

Ibu, aku mencintaimu dengan segenap jiwa
Meskipun dimatamu aku tak sempurna
Namun bagiku engkau segalanya


Dariku, anakmu yang istimewa

Karya : Lissa Bella Rina Putri
Banda Aceh, 21 Juni 2014

Related Posts:

Kami Juga Generasimu

Kami Juga Generasimu


Indonesia
Engkaulah negeriku tercinta
Engkau juga tanah air yang ku bangga
Dengan Sang Saka merah putih yang berkibar ke angkasa
Mengabari pada dunia bahwa engkau telah merdeka

Wahai negeriku Indonesia
Kami tahu engkau telah merdeka
Tapi kami tak pernah merasa kemerdekaan itu ada
Karena masih banyak hak kami yang hilang ntah kemana
kami masih saja tersudut di sudut kegelapanmu
Yang Tak mampu bangkit untuk maju

Kami tahu
Kami memang bukan Pahlawan untukmu
Tapi engkau juga harus tahu
Kami juga bagian dari generasimu


Karya : Muhajir
Banda Aceh, 15 Agustus 2015


Baca Juga :
puisi kemarin

Related Posts: